Medan, LINI NEWS – Dalam momentum penuh makna memperingati Hari Bhayangkara ke-79, Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Whisnu Hermawan Februanto, S.I.K., M.H. mengukuhkan komitmen Polri sebagai pelindung, pengayom, sekaligus pelayan masyarakat yang humanis. Bertempat di Lapangan KS Tubun Mapolda Sumut, upacara ini bukan sekadar seremoni, melainkan tonggak penegasan arah baru: Polri hadir untuk rakyat, bukan untuk menakut-nakuti rakyat.
Dengan mengangkat tema “Polri untuk Masyarakat”, Irjen Whisnu menggelorakan semangat reformasi internal dan pelayanan publik yang lebih berpihak pada keadilan sosial. Upacara ini dihadiri lengkap oleh jajaran Forkopimda Sumut, Tokoh agama, masyarakat, akademisi, perwakilan lembaga negara hingga konsulat asing.
“Polri bukan menara gading kekuasaan, tapi rumah sederhana tempat rakyat mengadu dan dilindungi.”
Tiga Pesan Tegas dari Kapolda: Minta Maaf, Ajak Berbenah, dan Tanam Makna Pelayanan
Dalam amanatnya, Irjen Whisnu menyampaikan tiga pesan kunci kepada seluruh jajaran dan masyarakat:
1.Apresiasi kepada Masyarakat dan Stakeholder
Kapolda mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang selama ini mendukung Polri menjaga stabilitas Sumut. Ia menilai kondusivitas daerah merupakan hasil kolaborasi seluruh elemen bangsa.
2.Permohonan Maaf atas Ketidaksempurnaan Layanan Polri
“Kalau masih ada anggota kami yang belum humanis, yang menyakiti hati rakyat, saya mohon maaf. Kami terus benahi diri, dari pucuk pimpinan sampai petugas jaga di Polsek,” ucapnya jujur dan menyentuh hati.
3.Refleksi Filosofis: Rambut di Saluran Air
Dalam perenungannya pagi hari, Irjen Whisnu menyinggung sumbatan air di kamar mandi rumahnya sebagai analogi kuat:
“Rambut kecil-kecil, tapi kalau numpuk bisa menyumbat saluran. Begitu pula kesalahan kecil anggota Polri, jika dibiarkan, bisa menyumbat kepercayaan rakyat. Tapi sebaliknya, jika setiap anggota melakukan hal benar meski kecil, dampaknya akan luar biasa.”
“Tak perlu aksi besar untuk jadi pahlawan rakyat — cukup satu kebaikan kecil yang konsisten setiap hari.”
Kapolda Serukan Polri yang Dewasa dan Tidak Emosional
Mengakhiri amanatnya, Irjen Whisnu menegaskan bahwa dengan usia ke-79, Polri harus semakin bijaksana:
“Jangan marah-marah. Jangan emosional. Kalau ada masyarakat salah jalan, cukup ditegur dengan santun. Polri harus jadi panutan, bukan jadi ancaman.”
Upacara ini menjadi perwujudan nyata bahwa Polri di bawah komando Irjen Whisnu bukan sekadar menjanjikan perubahan, tapi sedang menjalani proses perubahan yang nyata, terbuka, dan melibatkan hati nurani.(Nurlince Hutabarat)