Advokad Falentius Tarihoran SH: Selamat Jalan Sri Paus, Cahaya Kasih Dunia

0
300

Medan, LINI NEWS – Advokat Falentius Tarihoran, S.H Mengucapkan Selamat Jalan Bapak Sri Paus Fransiskus, Cahaya Kasih Dunia yang disemayamkan di Vatikan Roma yang diikuti undangan tamu negara dari berbagai bangsa menundukkan diri dengan kerendahan hati mengenang kepergian Sri Paus Fransiskus, sosok gembala dunia yang berpulang dalam usia 88 tahun. Dunia kehilangan seorang pemimpin rohani yang suaranya selalu menggema menyerukan damai, khususnya di tengah negara-negara yang masih dilanda perang dan konflik.

“Selamat jalan, Sri Paus! Engkau adalah jembatan kasih yang menyatukan perbedaan menjadi persaudaraan,” ujar Falentius di Medan, Sabtu (26/4/2025).

Sebagai seorang pengacara yang mengabdi pada keadilan, Falentius melihat keteladanan besar dari Sri Paus dalam memperjuangkan hak-hak kemanusiaan. Ia mengenang, saat kunjungan Sri Paus ke Indonesia, sosok agung itu menyampaikan pesan abadi: “Doa kita berbeda, tetapi kita bersaudara”. Sebuah kalimat sederhana namun bermakna mendalam, mencerminkan betapa besar semangat persatuan dalam keberagaman yang dibawa Sri Paus ke seluruh dunia. Dalam kepemimpinannya, Sri Paus mengangkat nilai-nilai kesederhanaan, cinta kasih kepada kaum miskin, dan membangun perdamaian di tengah dunia yang terpecah belah. Setiap khotbah dan tindakan beliau menjadi penyejuk di tengah dunia yang bergejolak.

Ia mengutip firman Tuhan yang menyentuh jiwa:
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Matius 5:9)

“Kepergian Sri Paus mengajarkan kita bahwa hidup ini bukan soal kemegahan dunia, melainkan soal bagaimana kita menjadi berkat bagi sesama,” ungkapnya penuh makna.

Dalam duka yang mendalam, Falentius menyampaikan belasungkawa kepada seluruh umat Katholik dan semua umat beriman di dunia:
“Kita percaya, Sri Paus telah menuntaskan panggilan sucinya, dan kini beristirahat dalam pelukan kasih Bapa di surga.”

Advokad Falentius Tarihoran, SH, menyampaikan rasa duka cita mendalam disertai sukacita rohani atas panggilan jiwanya luar biasa, kepergian Sri Paus tercinta dunia seolah berhenti sejenak ketika kabar duka ini tersiar: Sri Paus Fransiskus berpulang dalam usia 88 Tahun meninggalkan dunia fana menuju kediaman abadi di surga.

Mengenang sosok Sri Paus sebagai pribadi penuh kasih, rahmat, dan damai. Falentius menyampaikan, “Selamat jalan, Bapak Sri Paus! Engkau bukan hanya gembala umat Katholik, tetapi juga pelita kasih bagi seluruh umat manusia. Setiap khotbahmu adalah hujan sejuk di tengah panasnya dunia,” ucap Falentius dengan mata berkaca-kaca.

Sri Paus Fransiskus, lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio di Buenos Aires, Argentina, pada 17 Desember 1936. Ia berasal dari keluarga sederhana berdarah Italia dan mengawali hidup rohaninya sebagai anggota Serikat Yesus (Jesuit). Perjalanan panjangnya dipenuhi pengabdian kepada kaum miskin, marginal, dan perjuangan tanpa lelah untuk perdamaian dunia.
Pada 13 Maret 2013, ia terpilih menjadi Paus ke-266, dan menjadi Paus pertama dari benua Amerika serta dari ordo Jesuit.

Dalam masa kepemimpinannya, Sri Paus dikenal sebagai sosok yang rendah hati, dekat dengan semua kalangan, bahkan membangun jembatan persaudaraan dengan umat Muslim dan berbagai keyakinan lain. Ia pernah berkunjung ke Indonesia, negara dengan umat Muslim terbesar di dunia, dan menaburkan benih persaudaraan sejati di tengaht keberagaman.

Falentius merenungkan bahwa kepergian Sri Paus adalah khotbah sunyi yang sangat kuat:
“Kita tidak tahu hari esok, seperti tertulis: ‘Karena kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap’” (Yakobus 4:14).

Dalam duka ini, Falentius mengajak semua umat, khususnya umat Katolik, untuk meneladani hidup Sri Paus yang penuh kesederhanaan dan pengabdian. “Kepada keluarga besar Gereja Katolik, dan seluruh umat yang percaya kepada Yesus Kristus, mari kita bertemu kelak dalam kebahagiaan surgawi. Dunia kehilangan cahaya besar, tetapi warisannya tetap menyala dalam hati kita,” ujarnya.

Sebagaimana pepatah mengatakan:

“Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.”

“Hidup segan, mati tak mau, tetapi akhirnya setiap insan akan kembali ke asalnya.”

“Tak ada gading yang tak retak, namun kebaikan tetap dikenang sepanjang masa.”

Kepergian Sri Paus adalah panggilan bagi kita semua untuk merenung bahwa hidup ini hanyalah titipan. “Segala sesuatu ada waktunya dan segala sesuatu di bawah langit ada masanya: ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal”
(Pengkhotbah 3, 1-2)

Semoga perjalanan Sri Paus menuju Rumah Bapa dipenuhi kedamaian. Selamat jalan, Sri Paus, gembala dunia. Warisan kasihmu akan hidup sepanjang zaman!. (Nurlince Hutabarat)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini